Upacara Adat Di Sumatera Utara Yang Masih Dilestarikan

bagikan

Upacara Adat Sumatera Utara – Di Sumatera terdapat beragam etnis suku, dan setiap suku mempunyai adat dan tradisi masing-masing yang terus di jalankan hingga sekarang.

Upacara-Adat-Di-Sumatera-Utara-Yang-Masih-Dilestarikan (1)

Tradisi adalah cerminan identitas dan kekayaan budaya dan memiliki sejarah masing-masing. Hal ini membuat peninggalan leluhur harus didalami dan di lestarikan. Disini kita akan membahas tentang Upacara Adat di Sumatera Utara dan maknanya:

Upacara Adat Fahombo

Upacara Fahombo adalah upacara adat suku Nias biasanya untuk menyambut perubahan hidup para laki-laki dari anak-anak sampai menjadi dewasa. Melakukan upacara ini dengan cara melompati sebuah batu besar. Upacara ini juga cukup terkenal luas di daerah lain ataupun mancanegara, bahkan upacara ini diabadikan pada uang kerja Rp1.000 tahun 1992 silam. Upacara Fahombo dipercaya mengandung unsur magis maupun spiritual. Menurut orang-orang nias ada campur tangan roh leluhur untuk menyukseskan acara tersebut. Upacara Fahombo untuk anak laki-laki yang sudah puber dipersilahkan melompati batu besar. Batu ini menandakan bahwa anak tersebut sudah lanjut ke tahapan kehidupan berikutnya.

Namun sekarang Upacara Hombo Batu tersebut fungsinya berubah menjadi pertunjukan olahraga. Sehingga banyak wisatawan yang tertarik, baik lokal ataupun mancanegara. Dan informasi untuk kamu bahwa tidak semua laki-laki bisa melompati batu tersebut, walaupun sudah berlatih.

Baca Juga: Istana Maimun – Sejarah Yang Menjadi Ikon Kota Medan

Upacara Mangulosi

Upacara-Mangulosi

Upacara ini asalnya dari suku Batak Toba di Sumatera Utara. Kata ulos artinya adalah kain tenun yang merupakan ciri khas suku Batak. Kain tenun khas Batak Toba ini setiap warna corak nya memiliki makna yang berbeda-beda. Jadi jika kamu ingin memakainya harus mencari tau dulu makna dari corak ulos tersebut. Masyarakat setempat sangat menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang. Karena kebudayaan leluhur dapat mempertingkat kualitas hidup. Melestarikannya dengan cara mereka membuat Upacara Mangulosi. Upacara ini sebenarnya adalah tradisi dari bagian acara duka ataupun gembira, (contohnya Tradisi kematian ataupun Pernikahan).

Upacara adat ini yaitu mengalungkan kain ulos untuk pihak yang melaksanakan pesta. dan di kalungkan ke mempelai yang menikah jika untuk tradisi pernikahan. Dan untuk kematian akan di letakkan di tubuh jasad yang meninggal. Upacara ini bagi masyarakat merupakan ungkapan kasih sayang, simpati, doa serta restu terhadap seseorang. Menurut kepercayaan masyarakat Batak ulos merupakan kehangatan bagi yang memakainya. Selain itu juga tidak dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya yang lebih tua kepada yang lebih muda saja contohnya orang tua ke anaknya.

Upacara Mangongkal Holi

Merupakan upacara suku karo di Sumut yang mengandung magis dan spiritual. Di percaya upacara ini mampu memanggil hujan saat kemarau panjang. Terciptanya upacara ini berasal dari raja Sibayak. Kisahnya saat itu raja bertemu dengan petapa sakti Gurda-Gurdi yang sedang menjelma menjadi burung raksasa. Sang raja membawa pulang burung itu dan menjadikannya penjaga anaknya. Burung raksasa itu paruhnya yang menyimpan sumber kekuatan. Tetapi putri raja menyentuh burung itu sehingga Ia pun memberontak dan marah. Karena khawatir dengan anaknya, Raja pun mengirim pasukan untuk mengamankan burung itu. Gurda Gurdi berhasil dikalahkan dan akhirnya mati. Kematiannya membuat masyarakat karo berduka, alam pun seakan ikut merasakan duka tersebut sehingga mendung, hujan datang. Dari Cerita legenda ini Upacara Gundala-Gundala. 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *